Sabtu, 02 Juli 2022

Aku Pernah

Foto dok. Google.com (istimewa)

Aku pernah berjuang mendapatkan cintamu, mengikatmu dengan asmara di tengah taman bunga. Kita bercerita dengan lugunya, malu-malu berkata dan enggan-enggan menatap

Aku pernah merindukanmu di kala dirimu jauh, bertarung dengan mimpi dan mengingaukan namamu. Semua itu terjadi ketika cinta membakar dada, saat dirimu jauh

Aku pernah berharap banyak padamu, membayangkan kita bersama menjalani kehidupan. Membina sebuah istana dalam asmara, hingga akhir hayat

Aku pernah merasakan semua itu. Namun saat ini, aku tidak pernah mendengar kabarmu, tidak lagi tahu tentang keadaanmu, semuanya hilang. Ketika kecewa itu kau berikan, semuanya perjuangan itu menjadi abu, semua cerita itu hampa. Tapi abu kenangan itu akan selalu hitam di hatiku

Abai, 020722

Kamis, 17 Februari 2022

Kembalilah

Rayuan dunia seringkali menjebak manusia
Menghilangkan akal sehat dan menghantam keimanan
Dunia didesain untuk menjalani ujian hidup
Nikmat dunia nyata terasa

Namun tiba masanya kita akan kembali padaNya
Perjalanan yang sesungguhnya akan segera tiba, tunggu saja
Lebih baik kita kembali
Mensucikan diri dari segala kotornya dosa

Tuhan tidak akan pernah mempersulit perjalananmu di jalan yang benar
Tuhan tidak pernah menganggapmu terlambat kembali
Kembalilah

Jangan lengah dengan pesona dunia yang sesungguhnya adalah ujian saja
Tatap ke depan dan rasakan keberadaanNya
Jika ingin sesuatu yang baik
Maka kembali kepada japan yang baik

Kamis, 13 Mei 2021

Kemelut Dalam Kabut

Foto (Dok. Ist)

Kemelut di dalam kabut
Pekat mengelam, hanya awan
Daun-daun tampak hitam kelam
Seperti bayangan, pekat tanpa cahaya

Kemelut itu 
Satu persatu daun-daun itu hilang
Gelap menjadi lantang
Suara amukan mesin menusuk telinga raga

Seperti bayangan itu
Hampa di tangan manusia lapar
Awan hilang dalam sekejap 
Tinggal hanya serpihan daun-daun yang me-layu dan tangis awan itu

Tidak ada lagi seperti ini itu
Gersang menjadi tontonan hampa bola mata
Jika kau ada di sana saat ini
Pasti kau akan kekeringan

Sedangkan mereka kenyang dengan hasilnya
Penebang hutan yang lapar

Abai, Mei 2021

Sabtu, 06 Juni 2020

Juni yang Lalu

Foto ( Bulan, Juni 2020)

Langit menyibak bulan
Cahayanya melauti hamparan bumi yang kelam
Pada malam Juni Sabtu yang lalu
Sebut saja malam Minggu

Keromantisan berpasangan akan lebih indah
Bersama jamuan secangkir kopi dan mulai bercerita 
Sesekali menatap langit yang penuh dengan cahaya
Sembari tersenyum berbagi rasa asmara

Kelopak mawar terlihat indah malam itu
Ikut merekah dan kasmaran dalam lindungan bulan
Ia melupakan duri-duri karena tak ingin melukai
Di tengah malam yang penuh keromantisan

Laut cahaya semakin menggila
Menerangi sudut bibir yang diisi senyum bahagia
Untung saja malam itu berbatas waktu
Andaikan detik berhenti ketika itu, yah ketika itu

Di keindahan itu, langit pun pandai menghias bulan
Awan berkumpul menjadi bagian yang tidak bisa dilupakan
Sabtu pada Juni yang lalu menyajikan keindahan 
Mungkin sulit akan terulang pada Juni yang akan datang

Dharmasraya, 060620

Jumat, 05 Juni 2020

Neraka di Kota Kita

Foto ; ( dok. Istimewa )

Panasnya kota kita membakar masa
Kerasnya persaingan mengubur mimpi si pandai
Terpaksa menyandang rajutan rotan dan gancu
Demi memikul hidup daripada harus lapar

Si tampan tetap tersenyum mewah
Mengait satu persatu sisa tempat makan si kaya
Bekerja susah jika tidak ada sesuatu di balik meja
Namun ia tetap sumringah di tengah kobaran sampah

Kulit yang putih kini telah kelam dan kusam
Berteduhkan sebuah topi memperebutkan sekelipak sampah
Kasihan sekali anak bunda, yang gagah kini berbeda
Sosok yang harusnya mengacau dunia, menjadi generasi duafa

Letupan dahaga terdengar dikerongkongannya
Tatkala mengayun gancu menjangkau sekelipak masa
Runtuh hati di dada, melihat sosok gagah akan punah
Mengucur air mata, menyaksikan si pandai kalah di depan meja

Panasnya kota kita
Sepanas larva gunung yang marah
Harus bertahan di dalam gulungan ombak sampah
Dan biarkan mereka terus bermain di balik meja

050620, Dharmasraya
Goel A Pahit

Sabtu, 23 Mei 2020

Maafkan (Menang)


Foto ; Sunset

Malam telah menutup ramadhan ini
Seiring waktu kemenangan itu datang
Berbagi dan berbagai kebahagiaan terasa
Saling bersilang maaf dan ampun

Takbir telah berkumandang sejauh seru
Maafkan, segala kekhilafan sepanjang tahun ini
Biarkan menjadi pembelajaran hidup
Untuk kita bersama, saling memaafkan

Esok bersama pagi
Kecipak langkah menuju rumah Allah berirama
Dosa-dosa gugur sepanjang jalan
Memohon ampun dan memulai hidup dengan kebaruan

Selamat menggenggam kemenangan 
Selamat memaafkan sesama manusia lemah 
Meski wabah tengah melanda, jangan tinggalkan kemenangan
Menang lah dari wabah, hiduplah bahagia

Setelah kemenangan ini
Esok pagi, setelah do'a-do'a itu dikabulkan
Wabah itu akan tenggelam bersama dosa-dosa
Selamat menang, maafkan kita sesama


23/05/50
Sumbar

Minggu, 10 Mei 2020

Luka-luka Manusia

Gambar : (Penulis)

Sepatuku kotor karena jalanan yang becek
Untung bagian luarnya saja
Jalan itu harus kutempuh, karena tak ada jalan lain
Meskipun harus mengotori sepatu baruku

Di sela-sela kayu nan rindang 
Berkawan suara burung-burung di hutan
Sedikit gerimis mendinginkan suasana
Terus berjalan di jalan-jalan yang butuh renovasi

Tidak apa sepatuku yang kotor
Lama-lama lumpur itu bisa menenggelamkan
Aku tidak ingin tenggelam 
Masih banyak luka-luka disana yang belum sembuh

Aku bukan pahlawan itu
Aku hanya manusia yang punya yang iba, tapi tak punya apa-apa
Disinilah, riuh sepoi angin hutan menghibur diriku
Jauh dari hiruk-pikuk dan berita kekacauan negeri

Aku ingin nikmati disini
Nikmati saja disana, tulisanku akan memanah telinga kalian